Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anggap Sepele Masuk Angin!

Kompas.com - 11/02/2009, 23:55 WIB

MASUK angin! Kita tentu sudah tak asing pada kosa kata ini. Bahkan, mungkin Anda peruah mengalaminya. Langkah mengatasinya sederhana. Dari membeli obat murah, kerokan, minum jahe panas, atau menyantap makanan berkuah panas nan pedal.

Saat musim hujan seperti sekarang, penyakit ini banyak menyerang manusia. Gejala umumnya: tubuh meWadi tak nyaman disertai perut yang kembung. Bahkan, bukan mustahil badan terasa meriang alias pangs-dingin. Kadang-kadang gejala tersebut dilengkapi dengan nyeri otot, pusing, sakit tenggorokan, bersin-bersin, sampai batuk dan pilek.

Variasi gejala itulah yang sering dianggap sebagai masuk angin. "Biasanya masuk angin muncul saat daya tubuh menurun," ajar Inayah Budiasti, seorang dokter dari Klinik Hang Lekiu, Jakarta Selatan.

Namun, sejatinya, ilmu kedokteran tak kenal istilah masuk angin. Kendati begitu, umumnya dokter tahu apa maksud pasien kalau mereka mengeluh serang masuk angin. "Masuk angin adalah kosa kata yang tercipta dalam masyarakat," seru Nella Suhuyanly, dokter spesialis penyakit dalam dari Omni Hospital.

Dari kaca mata medis, berbagai gejala masuk angin itu umumnya menimpa penderita dispepsia. Dispepsia adalah ketidaknyamanan, bahkan nyeri, Pada saluran pencernaan terutama bagian atas. Gejalanya adalah rasa nyeri pada ulu hati disertai mual, muntah, bloating atau lambung terasa penuh, kembung, sendawa terus menerus, perut terasa kenyang atau sebaliknya alias perut keroncongan (borborgygmi), plus kerap kentut.

Pada anak usia remaja, dispepsia umumnya terjadi karena penundaan makan kendati waktu bersantap sudah tiba. Akibatnya, volume asam dalam. lambung mengalami peningkatan. "Jika ini terjadi terus menerus bisa menyebabkan kerusakan pada dinding saluran pencernaan," kata Nella.

Sementara bagi kebanyakan orang, dispepsia terjadi karena imunitas atau daya tahan tubuh seseorang sangat rendah. Akibatnya tubuh menjadi tak bugar. Umumnya kondisi ini terjadi karena tubuh kecapekan. "Pada saat seperti ini, banyak virus kemudian masuk dalam tubuh," imbuh Inayah. Virus inilah yang kemudian menyebabkan munculnya dispepsia.

Waspadai 'angin duduk'
Saat tubuh dalam kondisi drop, kata Inayah, virus atau mikroorganisme yang ukurannya lebih kecil dari bakteri yang masuk dalam tubuh tak bisa terbunuh oleh antibiotik alami yang dimiliki tubuh. Virus itu kemudian menggandakan tubuhnya hingga menimbulkan dispepsia.

Celakanya, virus ini bisa merajalela saat dingin berlebihan. Pada saat dingin, tubuh mengalami vasokontriksi alias penghematan kalori agar badan terasa hangat. Konsekuensinya, jika kondisi pasien drop, tubuh tak bisa menjalankan fungsinya membuang sampah dari sisa-sisa metabolisme yang seharusnya keluar dalam tubuh. "Pada kondisi seperti inilah penyakit apapun bisa masuk termasuk gejala awal masuk angin," ajar Sapawati Bardosono, dokter dari Departemen Nutrisi, Universitas Indonesia.

Jika tubuh tak bisa menolak serangan virus pada tahap ini, dispepsia biasanya akan berlagjut menjadi penyakit flu atau batuk. Lebih lagi, cuaca dingin umumnya juga mengakibatkan rambut-rambut dalam dalam saluran pernafasan lambat bergerak. "Kelambatan inilah yang mengakibatkan lendir atau virus tak bisa keluar dari tubuh," ajar Sapawati. Jika itu terjadi, bersiaplah terkena serangan batuk dan pilek.

Meski begitu, Anda perlu mewaspadai dispepsia yang disertai munculnya banyak keringat serta nyeri di dada. Masyarakat awam menyebutkan "angin duduk". Sebenarnya ini serangan jantung koroner akut. "Bisa menimbulkan kematian dalam 15 hingga 30 detik," ajar Mulyadi, dokter dari Klinik Medizone. Jika itu terjadi, tentu tak ada jalan lain kecuali secepat mungkin menghubungi dokter.

Epung Saepudin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau